Keliling Eropa Naik Kereta: Belanda- Polandia- Hungaria- Slovenia- Jerman & Belgia
Traveling keliling Eropa paling enak naik kereta. Nyaris
seluruh negara di Eropa terhubung jaringan kereta api. Selama perjalanan
pun bisa menikmati pemandangan yang indah. Keuntungan lainnya, naik kereta api
enggak seribet naik pesawat. Bandara internasional sering berada dipinggir kota
dan ini menghabiskan waktu banget. Belum lagi harus melewati antrian imigrasi.
Ketika memutuskan berlibur ke Eropa Barat dan Tengah, saya
udah tahu bakal naik kereta api. Sempat terpikirkan naik
pesawat terbang. Ada beberapa penerbangan murah
seperti Easy Jet atau Ryan Air. Pas diitung-itung enggak jauh beda. Ketika bikin itinerary, ada berita banyak pesawat Ryan Air cancel dan bikin
penumpang marah. Makin mantep deh pilih kereta api.
Ini pengalaman seru dan tak terlupakan selama naik kereta
keliling Eropa Barat dan Eropa Tengah. Semoga membantu buat yang ingin berlibur
naik kereta di Eropa. Beware, this is
very long rambling post!😁😁
Cari
Jalur paling efektif
Yang paling penting waktu menggunakan kereta api, kita harus
menghitung waktu dan tanggal keberangkatan. Cari jalur paling efektif. Jangan udah turun ke selatan, eh muter lagi ke utara terus balik ke selatan. Pilih beberapa negara dan kota yang mau
didatangi. Ambisi mendatangi banyak negara pasti ada. Tapi ya tetap perlu
realistis. Hitung dari budget, kereta yang lewat negara itu dan jalur mana yang paling efektif.
Saya membeli tiket pesawat pp Amsterdam –Jakarta. Selama 20 hari ada beberapa kota yang saya pilih. Yang pasti saya mau ke Polandia
(Warsawa- Krakow) dan Hungaria (Budapest) dan sisanya menyesuaikan. Ada
beberapa pilihan yaitu Cheko, Bratislava, Austria, Jerman dan Slovenia. Hi..hi.. .maruk ya!
Berdasarkan efektivitas, saya
memilih Polandia, Hungaria, Slovenia,
Jerman, Belgia dan kembali ke Belanda. Polandia, Hungaria dan Slovenia merupakan wilayah Eropa Tengah yang bertetangga
jadi enggak banyak menghabiskan waktu di jalan. Karena saya balik ke Amsterdam,
maka saya cari negara Eropa Barat terdekat dengan perbatasan Eropa Tengah. Pilihannya; Jerman, Austria, Perancis, Belgia. Akhirnya saya memutuskan Jerman dan Belgia
(kebetulan ada sahabat saya di Belgia, lumayan banget akomodasi bisa gratis hi
hi hi).
Simulasi kereta
Sekarang tinggal mencari jadwal keberangkatan kereta api.
Saya melihat dari website kereta api Jerman,
DB (Deutsche Bahn) kereta api german. Ini situs Bahasa Jerman
tapi ada Bahasa Inggrisnya dan sangat lengkap. Tanggal,jam, jenis kereta dan harganya pun tercantum. Silakan klik disini.
Paling enak cari kereta yang direct tapi kadang suka enggak ada.
Kalau harus ganti, (Ch= change), sebaiknya cukup yang dua kali ganti
aja. Soalnya pasti ribet. Belum lagi kalau jarak antara platform/peron satu
dengan yang lain terlalu jauh dan kita enggak akrab dengan stasiunnya, bisa
ketinggalan kereta. Kejadian banget, dari Brussels ke Mons, ganti kereta harus
naik turun tangga dan jaraknya jauh. Ketinggalan kereta deh!
Untuk menghemat budget saya memilih kereta kelas dua tapi
sumpah keretanya enak banget. Sama seperti kelas executive di Indonesia. Buat
tidur juga nyaman.
Amsterdam – Warsawa
Enggak ada kereta yang langsung dari Amsterdam ke Warsawa.
Semua transit di Jerman. Perjalanan menempuh waktu sekitar 14 jam. Karena udah lewat Berlin, saya pikir kenapa
enggak berhenti sebentar? Jadilah saya naik kereta dari Amsterdam Centraal jam
07.00, sampai di Berlin jam 13.22. Di
Berlin naik lagi kereta ke Warsawa jam
16.44 dan tiba jam 23.10 waktu setempat.
Tiket saya beli satu hari sebelumnya di Amsterdam Centraal.
Lokasi membeli tiket internasional berbeda dengan tiket lokal. Lokasinya di belakang gedung Central stasiun ini. Tiket
seharga 89.90 € (Amsterdam – Berlin) dan 52 € (Berlin- Warsawa) plus
biaya reservasi 4 € Total 145,9 €(Rp 2.319.810,00 dengan 1 € = Rp
15.900,00). Oh'ya walau low season sebaiknya reservasi jadi pasti dapat tempat duduk. Saya lihat beberapa penumpang tanpa reservasi, akhirnya terpaksa pindah duduk kalau ada penumpang (yang naik dari stasiun lain) dengan nomor kursi tersebut datang. Kalau lagi sepi, bisa minta window seat biar lihat pemandangan.
Transit
di Berlin.
Saya transit di Berlin sekitar 3,5 jam. Kereta berhenti di
Berlin Hbf. Di stasiun utama Berlin saya menitipkan backpack di locker. Locker
tersedia di beberapa lantai. Sempat bingung juga muter-muter cari tempat
locker-nya. Ternyata semua locker letaknya di belakang, dekat tempat parkir.
Jangan harap ada petugas yang bantuin. Di negara semaju Jerman
semuanya self-service. Kita harus benar-benar awas membaca petunjuk. Kalau
enggak tahu tanya aja. Waktu cari locker pun saya dibantu seorang Ibu. Dia
bahkan ngasih tahu caranya ngebuka
locker. Loker ada berbagai ukuran. Saya menggunakan loker ukuran sedang seharga
6 €. Oh’ya sediakan koin untuk membayar
loker.
Setelah meletakkan backpack, baru deh keluar stasiun Berlin
Hbf. Karena ini stasiun utama semua
jurusan lewat sini. Dengan waktu sekitar 3,5 jam saya enggak mau jauh-jauh
jalannya. Cukup dua jam berkeliling dan satu jam untuk balik ke stasiun plus ambil
backpack. Saya cari lokasi yang paling dekat dan semua kereta lewat situ. Jadi
enggak ribet mikirin nomor kereta dan kemungkinan lewat kereta-nya lebih sering;
Alexanderplatz. Plaza ini hanya berjarak 4 stasiun. Habis makan siang di situ, Kebetulan ada
Oktoberfest, saya jalan-jalan sebentar
terus naik kereta balik ke Berlin Hbf.
Ini bentuk locker di Brussel tapi seperti ini juga loker di Berlin |
Pilih ukuran locker dan masukan koin & kunci locker-nya |
Berlin
– Warsawa
Sedikit beda dengan kereta dari Amsterdam, ini keretanya
se-fancy kereta dari Amsterdam tapi
tetap nyaman. Modelnya kereta dalam compartment yang terdiri atas enam kursi.
Warsawa
– Krakow
Saya pakai kereta antar kota untuk ke Krakow. Perjalanan
dari Warsawa ke Krakow sekitar 2 jam 13 menit. Rencananya mau kereta siang eh,
petugasnya salah dengar. Jadinya dapat yang kereta jam 7 pagi. Terus, saya
enggak merhatiin ternyata ini kereta
kelas premium (EIP- Express Intercity Premium) jadi harganya agak mahal, sekitar 150 PLN (1 PLN = Rp 3920,00, Rp 588.000,00). Enggak sesuai dengan budget.
Pelajaran banget nih. Ketika pesan kereta mending nulis aja kita mau hari apa
dan kereta yang jam berapa. Namanya aja
kereta lux, jadi emang bagus banget walau beli kelas dua. Terus dapat minuman
gratis pula!
Oh’ya ada tiga jenis
kereta di Polandia ; Inter City (IC), Express InterCity (EIC) dan EIP (Express
interCity Premium). Untuk website
perjalananan kereta bisa klik disini Website dalam Bahasa Poland, klik tombol EN di atas sebelah kanan, untuk yang Bahasa
Inggris.
Krakow
– Budapest
Stasiun Krakow berada di bawah Galeria Mall |
Dari Krakow ke Budapest paling enak naik kereta malam.
Karena perjalanan sekitar 11 jam lebih.
Kereta berangkat jam 22.01 Udah malam banget dan ngantuuuk nunggunya. Stasiun
Krakow sangat nyaman. Beberapa gerai makanan masih buka sampai tengah malam.
Sempat beli hot chocolate di Mc Café sembari nunggu. Walau bukan high season (autum season) banyak juga ketemu turis yang traveling dengan kereta malam.
Untungnya dalam satu compartment yang terdiri atas 6 kursi
itu kosong. Jadi saya bisa tidur selonjoran. Baru mendekati Budapest ada
beberapa penumpang yang naik. Tapi udah pagi. Udah bangun, cuci muka dan gosok
gigi.
Kereta ini menurut
saya lumayan. Bersih, ada colokan juga. Tapi toiletnya enggak terlalu bagus.
Airnya kecil dan suka enggak ngocor. Harga tiket kelas dua ini seharga 361,49
PLN plus biaya reservasi 15,23 PLN total
376,72 PLN (Rp 1.476.742,00)
Budapest
– Ljubljana
Pretty Budapest Keleti Train Station |
Inside Train Station |
Kereta MAV-START |
Waktu bikin itinerary saya sempat membatalkan ke Ljubljana.
Susah menemukan kereta api langsung. Harus muter atau paling enggak transit.
Waktunya pun enggak pas. Setelah googling
ulang, ada info soal kereta ini website kereta api Hungaria tapi enggak terlalu
komplit. Ketika di Budapest saya enggak berharap banyak dapat
tiket. Kalau dapat ya berangkat, kalau enggak ganti tujuan.
Ketika beli tiket di stasiun Budapest Keleti, ada papan yang
menunjukan tujuan-tujuan kereta api dan tercantumlah tujuan ke Llubjana. Hanya
satu kali dengan perjalanan sekitar
Sembilan jam jam. Jadilah saya beli kereta jam 08.30, berangkat dari stasiun
Budapest Deli. Di Budapest ada tiga stasiun kereta besar. Umumnya kereta
internasional dari Budapest Keleti tapi beberapa dari stasiun ini. Kereta
MAV-START nyaman dan pemandangan dari
Budapest ke Lljubana itu keren banget. Tiket kelas dua seharga 5795 HUF
( Rp 306.265,00
1 HUF = Rp 52,85,00)
Slovenia scenic view |
Passing this pretty train station |
Like picture in story book's children |
Ljubljana
– Munich
Sekali lagi saya naik kereta malam. Perjalanan dari Ljubljana
ke Munich sekitar Sembilan jam. Saya beli tiket kelas dua seharga 39 € (Rp
620.100,00) Untung lagi, kereta kosong,
jadi saya bisa tidur selonjoran.
Ljubljana Train Station |
Loket pembelian tiket internasional |
Cari petunjuk seperti ini kalau mau beli tiket |
Munich
– Brussell
Kembali ke Eropa Barat. Enaknya naik kereta di negara Eropa
Barat itu, keretanya bagus bahkan untuk yang kelas dua. Enggak enaknya, pas
bayar. Mahalnya bikin mules. Saya naik kereta ICE ukurannya memang kereta cepat.
Rasanya ini tiket kereta paling mahal yang saya beli. Total
191,50 € (Rp 3.044.850,00). Enggak ada kereta langsung dari Munich ke Brussels, semuanya
transit dulu, entah itu di Cologne atau Frankfrut. Atas saran sahabat saya, lebih baik transit di Franfurt sehingga sampai di Brussels
enggak terlalu malam dan dari situ masih ada kereta ke Mons (tempat sahabat
saya tinggal.)
Petugas yang jual tiket di Munich sangat membantu. Tahu saya
turis, dia jelasin dengan detil harus transit, terus ke peron mana, gerbong mana
dan jam berapa. Dia sampai menekankan, ‘jangan telat ya, nanti kamu
ketinggalan kereta.’
Kereta berangkat dari Munich jam 14.55 dan tiba di Frankfurt 18.17. Lalu kereta dari Frankfurt ke Brussel berangkat 18.29 Waktu transit di Frankfurt mepet banget. Saya cuma punya waktu sekitar 12
menit! Begitu ada pengumuman kereta akan berhenti di stasiun Frankfurt saya
siap-siap dengan backpack di bahu. Beberapa penumpang yang transit mulai
berdiri, bahkan ada yang udah siap’ loncat’ di depan pintu. Jreng! Begitu kereta berhenti, dengan kecepatan
penuh saya segera turun. Langsung nanya petugas, peron kereta lanjutan biar
enggak nyasar. Pakai lari nih. Takut
banget ketinggalan kereta.
Di peron sudah ada kereta yang menunggu tapi pas dicek nomor kereta, bukan yang ke
Brussel. Itu masih kereta jurusan lain. Sempat panik juga, bener enggak
ya? Nanya orang yang berdiri di situ.
Dia bilang bener kok. Tunggu aja.
Ternyata setelah kereta itu berangkat dan crung… datanglah
kereta jurusan Brussel. Kereta api di Jerman udah jadi sarana transportasi
utama, semua jalur kereta api sibuk.
Satu rel untuk beberapa kereta. Sama seperti di stasiun Gambir tapi enggak pake
lama. Ha ha ha. Dengan perhitungan
sangat cermat, beberapa menit setelah satu kereta berangkat, kereta yang lain
datang. Beberapa menit berhenti dan langsung berangkat lagi. Kalau telat ya, bye
bye bye!
Bisa minta print resume tiket biar gak salah |
Brussels
– Mons
Lagi-lagi saya harus sport jantung karena ngejar kereta.
Kereta dari Frankfurt ke Brussels, telat beberapa menit sampai di Brussel. Entah
kenapa hari itu lagi padat banget. Untuk pertama kalinya saya ngeliat kereta di
Eropa penuhnya ngalahin kereta ke Tanah Abang. Semua orang pada berdiri dan
banyak yang bawa koper besar-besar. Mepet ke dinding, ke kursi penumpang. Bukan
week end, entah apa penyebabkan.
Saya rencananya mau naik kereta sebelum jam 22.00 Dan saya pun belum beli tiket untuk ke Mons. Gara-gara kereta telat, saya enggak bisa
ngejar sesuai kereta. Berbeda dengan stasiun di Munich, Stasiun di Brussels Midi
agak membingungkan. Keretanya sering berganti peron. Stasiunnya pun banyak lorong,
belok-belok dan sedikit muram. Udah dapat guidance dari sahabat saya harus ke
peron mana, eh sampai di Brussels Midi, peronnya pindah. Nanya sama petugas,
ternyata keretanya pun sudah lewat. Hiks! Akhirnya saya naik kereta sekitar jam
22 lebih. Tiket dari Brussell Midi ke Mons 9,80 € (Rp 155.820,00)
Brussels – Amsterdam
Petunjuk kota keberangkatan hanya ditempel dengan kertas kecil |
Untuk kembali ke Amsterdam saya mencoba naik bus. Sempat
mikir naik kereta lagi tapi karena sudah bokek, jadi cari yang lebih ekonomis.
Ini pertama kalinya saya naik bus. Saya naik Oui Bus yang tiketnya saya beli
secara online.
Berbeda dengan naik kereta, dimana peronnya udah jelas. Oui
bus agak membingungkan. Katanya diluar stasiun Brussel Midi tapi setelah
keliling-keliling, posisi agak jauh. Di sisi sebuah jalan dan sama sekali
enggak ada tanpa penunjuk tempat bus menunggu. Hanya ada beberapa orang membawa
koper yang mengantri. Setelah tanya sana-sini akhirnya saya ikutan nunggu
disitu. Untung banget ada sahabat saya yang nemenin jadi enggak basi. Tempat
menunggunya di pinggir jalan tanpa ada kursi khusus. Serasa lagi nunggu bus mudik ke Jawa di pinggir
tol. Naik bis memang lebih murah. Busnya pun nyaman
seperti bis eksekutif wisata, ada wi-fi dan toilet. Mungkin bisa jadi alternatif
walau saya pribadi tetap lebih senang
naik kereta api.
Comments
Post a Comment