Saturday, April 13, 2019

Vice : Kisah Wapres Amerika Yang Paling Berkuasa



Udah lama banget enggak nulis review film. Entah kenapa setelah nonton film Vice ini jadi gatel buat nulis. Sumpah ini film keren banget. Alasan pertama mau nonton gara-gara pemeran utamanya Christian Bale. Cinta banget sama akting Christian Bale yang bisa berubah-ubah kayak bunglon. Dia berperan sebagai Dick Cheney, tokoh utama dari film ini.
Enggak disangka filmnya juga keren dan lucu banget. Pantas deh masuk nominasi Oscar dan Golden Globe 2019. Harap maklum film ini sangat Amerika dan bercerita tokoh politik Amerika jadi kalau mau mengerti joke atau alur cerita film ini perlu sedikit mengerti kondisi politik di Amerika, biar dapet lucunya.  Termasuk tahu sedikit soal dua partai besar yang ada di Amrik.  Pemilihan judul film pun catchy banget. Vice punya  dua arti ;  vice president (wapres)  dan kelakuan jahat/ tak bermoral.

Lambang Partai  Republik (kiri) dan Partai Demokrat (kanan)


Ada dua partai besar di Amrik yaitu Partai Demokrat dan Partai Republik. Selain itu ada pula tiga partai kecil lainnya tapi yang kurang keliatan sepak terjangnya. Kalau ngomongin pemilu di Amrik yang pasti disorot pastinya dua partai ini. Kedua partai ini punya karakter yang sangat bertolak belakang.

Partai Republik (suka disebut juga GOP atau Grand Old Party) bisa dibilang partai konservatif. Enggak suka banyak perubahan dalam aturan sosial dan normal masyarakat. Makanya mereka enggak suka dengan aturan pajak yang tinggi (kebanyakan pendukungnya orang kaya lama yang  sebel kalau harus bayar pajak gede) , enggak suka imigran, anti aborsi dan mendukung kepemilikan senjata. Beberapa presiden dari partai ini: George H W Bush, George W Bush dan Donald Trump.

Saingannya Partai Republik adalah Partai Demokrat yang pemikirannya  lebih moderat. Kebijakan-kebijakan politiknya ditujukan untuk kemakmuran seluruh masyarakat termasuk golongan bawah. Bisa dibilang pemikiran politikusnya cenderung ke sosial-demokrat deh. Makanya mereka mendukung pajak tinggi untuk orang kaya dan perusahaan besar,  jaminan pelayanan kesehatan untuk semua orang, pernikahan sesama jenis dan pembatasan senjata. Beberapa presiden dari partai ini; Bill Clinton, Barack Obama.

Udah kebayang kan karakter politikus dari kedua partai ini? 


Oke sekarang balik ke film Vice. Film ini bercerita soal Dick Cheney yang merupakan wakil presiden Amerika dari partai Republik tahun 2001-2009, kala itu presidennya George W Bush.  Jujur aja saya  enggak tahu banyak soal Dick Cheney selain fakta dia wakil presiden Amrik. Bener banget seperti yang ditulis dalam pembukaan film ini, Dick Cheney merupakan figur politik yang sangat tertutup dan jarang mau cerita tentang dirinya. Lewat film ini digambarkan gimana dia orang  bekerja sebagai  di belakang layar tapi ambisius dan  mampu memiliki pengaruh besar.

Karir politiknya dimulai dari saat Dick Cheney muda  yang magang di White House pada masa pemerintahan Presiden Nixon. Saat magang ini dia belajar banyak seluk beluk politik di White House. Kemudian dia jadi senator negara bagian Wyoming dan akhirnya jadi menteri pertahanan era Presiden George H W Bush. Karena jadi menteri pertahanan ini juga dia kemudian diminta khusus oleh George H W Bush untuk menjadi wakil presiden, berpasangan dengan  anaknya George W Bush. Sebenarnya Dick enggak mau karena peran wakil presiden tidak lebih dari hiasan politik semata. Akhirnya dia mau menerima jadi wapres karena tahu dia bisa mempengaruhi banyak keputusan George W Bush.

Oh'ya jangan bingung ya ada dua nama Bush dalam sejarah presiden Amrik. George H W Bush (presiden ke 41), dia digantikan oleh Bill Clinton (presiden ke 42) lalu anaknya, George W Bush jadi presiden ke 43.  Pada dasarnya  politik keluarga  itu enggak hanya ada di Indonesia. Di negara-negara lain juga ada, termasuk di Amerika ! 😁 Setelah itu baru deh ada Barack Obama (presiden ke 44) dan Donald Trump (presiden ke 45)

Berhubung ini filmnya berkisah soal sang wapres jadi yang diceritakan kehebatan Dick Cheney mulai dari pengaruh dalam pemilihan mentri-mentri dalam kabinet, menempatkan orang-orang kepercayaannya di parlemen dan CIA, termasuk gimana dia yang banyak  mengambil keputusan  penting  saat saat peristiwa  11/9.  Walau ada kritikan juga yang bilang Dick Cheney enggak segitu hebatnya seperti yang digambarkan oleh film, secara pribadi saya  percaya sama penggambaran film ini. Ya boleh dibilang  George W Bush itu presiden bloon! 😃😃😃

Kalau suka film-film politik satir dan pingin ngerti politik Amerika, coba deh nonton film Vice. Sumpah seru banget. Belum lagi lihat akting Christian Bale yang luar biasa itu. Ada juga Amy Adams yang jadi istrinya Dick Cheney  dan Steve Carell yang jadi Donald Rumsfeld (menteri pertahanan era George W Bush).



Monday, February 5, 2018

Slovenia Scenic Train Ride to Llubljana





Dibandingkan Praha, Budapest, pasti enggak banyak orang yang tahu atau pernah mendengar nama Llubljana. Padahal daerah ini sangat dekat dengan Praha dan Budapest. Masih sama-sama di wilayah Eropa Tengah  atau Central Europe. Llubljana merupakan ibukota Slovenia.

Untuk ukuran sebuah negara, Slovenia bisa dibilang negara muda. Umurnya masih 26 tahun. Slovenia memerdekakan diri dari Yugoslavia tahun 1991 yang sekarang sudah terpecah-pecah jadi beberapa negara (Serbia, Kroasia, Bosnia dan Herzegovina, Montenegro, Macedonia dan Kosovo).

Kota ini gampang dicapai dengan naik Eurotrain. Ketika menuju Llubljana saya berangkat dari Budapest dengan menggunakan kereta selama 8 jam lebih. Hanya ada satu kali kereta setiap hari dari Budapest ke Llubljana. Perjalanan yang panjang enggak kerasa karena pemandangannya keren banget. Rencananya mau tidur di kereta jadi enggak jadi, karena keasyikan ngeliatan pemandangannya.



Sava River, salah satu sungai besar yang melewati Llubljana



























Tuesday, January 23, 2018

5 Awesome Local Market I Visit in Central Europe and West Europe







Local market is must visit place whenever I travel . Why? Local market is really different from the giant modern chain market. The bustling people, smell of yummy food, the freshness of vegetables and fruits. It’s just so irresistible . This is the place where you can see local and their daily activity. How their interact with each other, what kind of food they pick, how they dress and other thing you cannot find in tourist places. Here 5 awesome local market I visit during my traveling through Central and West Europe.




Albert Cuyp Market – Amsterdam

There’s a lot local markets to visit in Amsterdam. Since I don’t have much time I picked one; Albert Cuyp Market. This open market situated on Albert Cuypstraat. Opened from Monday through Saturday. It’s easy to get here. Just take a tram and there’s direction from tram/bus shelter which way you should go. Even from a distant you can feel the vibrant of the market.



Albert Cuyp market sell different kind of product. A wide selection of fresh and organic vegetable, fruit, flowers and also flower seeds. It’s so tempting to buy those fresh vegetable. And of course THE SEXY CHEESE. Gouda and Edame is my favorite. The price is really envious. It’s half cheaper than in my country.  I bought several Gouda cheese. I wish my backpack was big, I probably bought one wheel of cheese. There also a lot of different kind of food. Not only Dutch food but also Italian, Turkish and Indonesian. 

Fresh vegetables,yuuum!



Hey sexy, can I take you home? 😚
Eat the original one. I remember my mom used to made me a Poffertjes. 



 
Made a Poffertjes in big bulk 

 
Raw Herring fish with sliced onion and pickles.


Great Market Hall – Budapest

I must admit that I’m falling in love with Great Market Hall. This is my second time to visit the market. The great market hall is the largest and oldest market in Budapest, build in 1897. I love the architecture of this building.

On the ground floor you can find wide variety of meat, vegetable, pastries, spices and local spirits and also wine. If you like spicy thing, you should buy paprika powder here. It’s one of the Hungarian famous souvenir.  But, I prefer to buy a salami. Budapest salami is sooo delicious. You should buy at least one here. On the second floor has mostly souvenir; leather bags, wooden craft, porcelain, traditional tablecloths and enamelware. Cute and vintage enamel mug is perfect souvenir to buy. I bought it for all my friends and they loved it.




Salami heaven




Viktualienmarkt – Munich

Situated near the Marienplatz, it’s really easy to find this local market. Just walk toward Tal and turn behind St Peter’s church.  The market open from Monday through Saturday, from 08.00 until 06.00 pm.

Vikualienmarkt is perfect place to enjoy some Bavarian food, beer and enjoying the view. They have so many food stall and also beer garden. I had my brunch here while people- watching (also dog-watching). The place pretty crowded on lunch time, you better find the seat before or after lunch.

As the farmer’s market you can find different kind of fresh vegetable, fruits (even a tropical fruits like pineapple and mangoes but the price is really high.) When I visited, there’s abundant of grape and strawberry. I bought one small box  of strawberry and eating it while strolling the market.  And if you like a sausage, this is the right place to buy the famous Weisswurt (sausage made from minced veal and pork back bacon). 











Central Market – Ljubljana

This open air market situated between the two square and have a great river view. When I visit the market it was on week end so the market was really crowed. You can found a lot of fresh and delicious vegetable and fruit. You don’t have to buy in big bulk. Just pick amount of fruits you want and let the seller weighted it for you. I bought a grape here.

There’s also non open air market where you can find a fresh meat, homemade baking goods and cheese. Need something to eat? There's a lot of café served an international and Slovenia cuisine. 





You can buy a pint of milk from vending machine
Open air cafe in Central Market




Cloth Hall – Krakow 
This is probably the most touristy local market yet still stunning. Built in the 14 century, Cloth Hall’s architecture is really amazing. Cloth Hall is part of the Krakow Old Town, A UNESCO World Heritage.  Situated in the middle of the Krakow Market Square you just can’t miss it.  Great place to find an authentic and unique souvenir.  The price here is varied but I must say cheaper than any other souvenir store. The wooden dolls, toys and boxes are so charming. Also there’s a amber, leathers good, silk and crochet.











Monday, January 22, 2018

Keliling Eropa Naik Kereta: Belanda- Polandia- Hungaria- Slovenia- Jerman & Belgia

 





Traveling keliling Eropa paling enak naik kereta. Nyaris seluruh negara di Eropa terhubung  jaringan kereta api. Selama perjalanan pun bisa menikmati pemandangan yang indah. Keuntungan lainnya, naik kereta api enggak seribet naik pesawat. Bandara internasional sering berada dipinggir kota dan ini menghabiskan waktu banget. Belum lagi harus melewati antrian imigrasi.

Ketika memutuskan berlibur ke Eropa Barat dan Tengah, saya udah tahu bakal naik  kereta api. Sempat terpikirkan naik pesawat terbang. Ada beberapa penerbangan murah  seperti Easy Jet atau Ryan Air. Pas diitung-itung enggak jauh beda. Ketika bikin itinerary, ada berita banyak  pesawat Ryan Air cancel dan bikin penumpang marah. Makin mantep deh pilih kereta api.

Ini pengalaman seru dan tak terlupakan selama naik kereta keliling Eropa Barat dan Eropa Tengah. Semoga membantu buat yang ingin berlibur naik kereta di Eropa. Beware, this is very long rambling post!😁😁


Cari Jalur paling efektif
Yang paling penting waktu menggunakan kereta api, kita harus menghitung waktu dan tanggal keberangkatan. Cari jalur paling efektif. Jangan udah turun ke selatan, eh muter lagi ke utara terus balik ke selatan.  Pilih beberapa negara dan kota yang mau didatangi. Ambisi mendatangi banyak negara pasti ada. Tapi ya tetap perlu realistis. Hitung dari budget, kereta yang lewat negara itu dan  jalur mana yang paling efektif.

Saya membeli tiket pesawat pp Amsterdam –Jakarta. Selama 20 hari ada beberapa kota yang saya pilih. Yang pasti saya mau ke Polandia (Warsawa- Krakow) dan Hungaria (Budapest) dan sisanya menyesuaikan. Ada beberapa pilihan yaitu Cheko, Bratislava, Austria, Jerman dan Slovenia.  Hi..hi.. .maruk ya!
Berdasarkan efektivitas, saya memilih  Polandia, Hungaria, Slovenia, Jerman, Belgia dan kembali ke Belanda. Polandia, Hungaria dan Slovenia merupakan wilayah Eropa Tengah yang bertetangga jadi enggak banyak menghabiskan waktu di jalan. Karena saya balik ke Amsterdam, maka saya cari negara Eropa Barat terdekat dengan perbatasan Eropa Tengah. Pilihannya; Jerman, Austria, Perancis, Belgia.  Akhirnya saya memutuskan Jerman dan Belgia (kebetulan ada sahabat saya di Belgia, lumayan banget akomodasi bisa gratis hi hi hi).


Simulasi kereta
Sekarang tinggal mencari jadwal keberangkatan kereta api. Saya melihat dari website kereta api Jerman,  DB  (Deutsche Bahn)  kereta api german. Ini situs Bahasa Jerman tapi ada Bahasa Inggrisnya dan sangat lengkap. Tanggal,jam, jenis kereta dan harganya pun tercantum.  Silakan klik disini.
Paling enak cari kereta yang direct tapi kadang suka enggak ada.  Kalau harus ganti, (Ch= change), sebaiknya cukup yang dua kali ganti aja. Soalnya pasti ribet. Belum lagi kalau jarak antara platform/peron satu dengan yang lain terlalu jauh dan kita enggak akrab dengan stasiunnya, bisa ketinggalan kereta. Kejadian banget, dari Brussels ke Mons, ganti kereta harus naik turun tangga dan jaraknya jauh. Ketinggalan kereta deh!
Untuk menghemat budget saya memilih kereta kelas dua tapi sumpah keretanya enak banget. Sama seperti kelas executive di Indonesia. Buat tidur juga nyaman.
 

Amsterdam – Warsawa

Enggak ada kereta yang langsung dari Amsterdam ke Warsawa. Semua transit di Jerman. Perjalanan menempuh waktu sekitar 14 jam.  Karena udah lewat Berlin, saya pikir kenapa enggak berhenti sebentar? Jadilah saya naik kereta dari Amsterdam Centraal jam 07.00, sampai di Berlin  jam 13.22. Di Berlin naik lagi kereta ke Warsawa  jam 16.44 dan tiba jam 23.10 waktu setempat.

Tiket saya beli satu hari sebelumnya di Amsterdam Centraal. Lokasi  membeli tiket internasional berbeda dengan tiket lokal. Lokasinya  di belakang gedung Central stasiun ini. Tiket seharga 89.90 € (Amsterdam – Berlin) dan 52 € (Berlin- Warsawa)  plus  biaya reservasi 4 € Total 145,9 €(Rp 2.319.810,00 dengan 1 € = Rp 15.900,00). Oh'ya walau low season sebaiknya reservasi jadi pasti dapat tempat duduk. Saya lihat beberapa penumpang tanpa reservasi, akhirnya terpaksa pindah duduk kalau ada penumpang  (yang naik dari stasiun lain) dengan nomor kursi tersebut datang.  Kalau lagi sepi, bisa minta window seat biar lihat pemandangan. 



Transit di Berlin.
Saya transit di Berlin sekitar 3,5 jam. Kereta berhenti di Berlin Hbf. Di stasiun utama Berlin saya menitipkan backpack di locker. Locker tersedia di beberapa lantai. Sempat bingung juga muter-muter cari tempat locker-nya. Ternyata semua locker letaknya di belakang, dekat tempat parkir.

Jangan harap ada petugas yang bantuin. Di negara semaju Jerman semuanya self-service. Kita harus benar-benar awas membaca petunjuk. Kalau enggak tahu tanya aja. Waktu cari locker pun saya dibantu seorang Ibu. Dia bahkan ngasih tahu  caranya ngebuka locker. Loker ada berbagai ukuran. Saya menggunakan loker ukuran sedang seharga 6 €. Oh’ya  sediakan koin untuk membayar loker. 

Setelah meletakkan  backpack, baru deh keluar stasiun Berlin Hbf.  Karena ini stasiun utama semua jurusan lewat sini. Dengan waktu sekitar 3,5 jam saya enggak mau jauh-jauh jalannya. Cukup dua jam berkeliling dan  satu jam untuk balik ke stasiun plus ambil backpack. Saya cari lokasi yang paling dekat dan semua kereta lewat situ. Jadi enggak ribet mikirin nomor kereta dan kemungkinan lewat kereta-nya lebih sering; Alexanderplatz. Plaza ini hanya berjarak 4 stasiun.  Habis makan siang di situ, Kebetulan ada Oktoberfest, saya  jalan-jalan sebentar terus naik kereta balik ke Berlin Hbf. 




Ini bentuk locker di Brussel tapi seperti ini juga loker di Berlin


 
Pilih ukuran locker dan masukan koin & kunci locker-nya



Berlin – Warsawa
Sedikit beda dengan kereta dari Amsterdam, ini keretanya se-fancy kereta dari  Amsterdam tapi tetap nyaman. Modelnya kereta dalam compartment yang terdiri atas enam kursi. 





Warsawa – Krakow
Saya pakai kereta antar kota untuk ke Krakow. Perjalanan dari Warsawa ke Krakow sekitar 2 jam 13 menit. Rencananya mau kereta siang eh, petugasnya salah dengar. Jadinya dapat yang kereta jam 7 pagi. Terus, saya enggak merhatiin ternyata  ini kereta kelas premium (EIP- Express Intercity Premium)  jadi harganya agak mahal, sekitar 150 PLN  (1 PLN = Rp 3920,00,  Rp 588.000,00). Enggak sesuai dengan budget. Pelajaran banget nih. Ketika pesan kereta mending nulis aja kita mau hari apa dan kereta yang jam berapa.  Namanya aja kereta lux, jadi emang bagus banget walau beli kelas dua. Terus dapat minuman gratis pula!

Oh’ya  ada tiga jenis kereta di Polandia ; Inter City (IC), Express InterCity (EIC) dan EIP (Express interCity Premium).  Untuk website perjalananan kereta bisa klik disini  Website dalam Bahasa Poland, klik tombol EN  di atas sebelah kanan, untuk yang Bahasa Inggris.








Krakow – Budapest 

Stasiun Krakow berada di bawah Galeria Mall 



 
Stasiun Krakow yang modern




Dari Krakow ke Budapest paling enak naik kereta malam. Karena perjalanan sekitar 11 jam  lebih. Kereta berangkat jam 22.01 Udah malam banget dan ngantuuuk nunggunya. Stasiun Krakow sangat nyaman. Beberapa gerai makanan masih buka sampai tengah malam. Sempat beli hot chocolate di Mc Café sembari nunggu. Walau bukan high season (autum season)  banyak juga  ketemu turis yang  traveling dengan kereta malam.
Untungnya dalam satu compartment yang terdiri atas 6 kursi itu kosong. Jadi saya bisa tidur selonjoran. Baru mendekati Budapest ada beberapa penumpang yang naik. Tapi udah pagi. Udah bangun, cuci muka dan gosok gigi.
Kereta ini  menurut saya lumayan. Bersih, ada colokan juga. Tapi toiletnya enggak terlalu bagus. Airnya kecil dan suka enggak ngocor. Harga tiket kelas dua ini seharga 361,49 PLN plus biaya reservasi 15,23 PLN  total 376,72 PLN (Rp 1.476.742,00)





Budapest – Ljubljana 

Pretty Budapest Keleti Train Station


Inside Train Station
Kereta MAV-START




Waktu bikin itinerary saya sempat membatalkan ke Ljubljana. Susah menemukan kereta api langsung. Harus muter atau paling enggak transit. Waktunya pun enggak pas. Setelah googling ulang, ada info soal kereta ini website kereta api Hungaria tapi enggak terlalu komplit.  Ketika  di Budapest saya enggak berharap banyak dapat tiket. Kalau dapat ya berangkat, kalau enggak ganti tujuan.
Ketika beli tiket di stasiun Budapest Keleti, ada papan yang menunjukan tujuan-tujuan kereta api dan tercantumlah tujuan ke Llubjana. Hanya satu kali dengan  perjalanan sekitar Sembilan jam  jam. Jadilah saya beli  kereta jam 08.30, berangkat dari stasiun Budapest Deli. Di Budapest ada tiga stasiun kereta besar. Umumnya kereta internasional dari Budapest Keleti tapi beberapa dari stasiun ini. Kereta MAV-START  nyaman dan pemandangan dari Budapest ke Lljubana itu keren banget. Tiket kelas dua seharga  5795 HUF  ( Rp  306.265,00
1 HUF = Rp 52,85,00)

Slovenia scenic view

Passing this pretty  train station

Like picture in story book's  children


Ljubljana – Munich
Sekali lagi saya naik kereta malam. Perjalanan dari Ljubljana ke Munich sekitar Sembilan jam. Saya beli tiket kelas dua seharga 39 € (Rp 620.100,00)  Untung lagi, kereta kosong, jadi saya bisa tidur selonjoran. 

Ljubljana Train Station

Loket pembelian tiket internasional

Cari petunjuk seperti ini kalau mau beli tiket




Munich – Brussell 


 
Munich HBF

Kereta ICE yang mewah dan cepat itu


 
Di kereta ICE ada panduan dimana stasiun berhenti. Membantu banget.


Kembali ke Eropa Barat. Enaknya naik kereta di negara Eropa Barat itu, keretanya bagus bahkan untuk yang kelas dua. Enggak enaknya, pas bayar. Mahalnya bikin mules. Saya naik kereta ICE  ukurannya memang kereta cepat.

Rasanya ini tiket kereta paling mahal yang saya beli. Total 191,50 € (Rp 3.044.850,00). Enggak ada kereta langsung dari Munich ke Brussels, semuanya transit dulu, entah itu di Cologne atau Frankfrut.  Atas saran sahabat saya, lebih baik  transit di Franfurt sehingga sampai di Brussels enggak terlalu malam dan dari situ masih ada kereta ke Mons (tempat sahabat saya tinggal.)

Petugas yang jual tiket di Munich sangat membantu. Tahu saya turis, dia jelasin dengan detil harus transit, terus ke peron mana, gerbong  mana  dan jam berapa. Dia sampai menekankan, ‘jangan telat ya, nanti kamu ketinggalan kereta.’

Kereta berangkat dari Munich jam 14.55  dan tiba di Frankfurt  18.17. Lalu  kereta dari Frankfurt ke Brussel berangkat 18.29 Waktu transit di Frankfurt mepet banget. Saya cuma punya waktu sekitar 12 menit! Begitu ada pengumuman kereta akan berhenti di stasiun Frankfurt saya siap-siap dengan backpack di bahu. Beberapa penumpang yang transit mulai berdiri, bahkan ada yang udah siap’ loncat’ di depan pintu. Jreng!  Begitu kereta berhenti, dengan kecepatan penuh saya segera turun. Langsung nanya petugas, peron kereta lanjutan biar enggak nyasar. Pakai lari nih.  Takut banget ketinggalan kereta.

Di peron sudah ada kereta yang menunggu  tapi pas dicek nomor kereta, bukan yang ke Brussel. Itu masih kereta jurusan lain. Sempat panik juga, bener enggak ya?  Nanya orang yang berdiri di situ. Dia bilang bener kok. Tunggu aja.
Ternyata setelah kereta itu berangkat dan crung… datanglah kereta jurusan Brussel. Kereta api di Jerman udah jadi sarana transportasi utama,  semua jalur kereta api sibuk. Satu rel untuk beberapa kereta. Sama seperti di stasiun Gambir tapi enggak pake lama. Ha ha ha.  Dengan perhitungan sangat cermat, beberapa menit setelah satu kereta berangkat, kereta yang lain datang. Beberapa menit berhenti dan langsung berangkat lagi. Kalau telat ya, bye bye bye! 

Bisa minta print resume tiket biar gak salah





Brussels – Mons

Lagi-lagi saya harus sport jantung karena ngejar kereta. Kereta dari Frankfurt ke Brussels, telat beberapa menit sampai di Brussel. Entah kenapa hari itu lagi padat banget. Untuk pertama kalinya saya ngeliat kereta di Eropa penuhnya ngalahin kereta ke Tanah Abang. Semua orang pada berdiri dan banyak yang bawa koper besar-besar. Mepet ke dinding, ke kursi penumpang. Bukan week end, entah apa penyebabkan.

Saya rencananya mau naik kereta sebelum jam 22.00  Dan saya pun belum beli tiket untuk ke Mons.  Gara-gara kereta telat, saya enggak bisa ngejar sesuai kereta. Berbeda dengan stasiun di Munich, Stasiun di Brussels Midi agak membingungkan. Keretanya sering berganti peron. Stasiunnya pun banyak lorong, belok-belok dan sedikit muram. Udah dapat guidance dari sahabat saya harus ke peron mana, eh sampai di Brussels Midi, peronnya pindah. Nanya sama petugas, ternyata keretanya pun sudah lewat. Hiks! Akhirnya saya naik kereta sekitar jam 22 lebih. Tiket dari Brussell Midi ke Mons 9,80 € (Rp 155.820,00)


Brussels – Amsterdam 


Petunjuk kota keberangkatan  hanya ditempel dengan kertas kecil

Untuk kembali ke Amsterdam saya mencoba naik bus. Sempat mikir naik kereta lagi tapi karena sudah bokek, jadi cari yang lebih ekonomis. Ini pertama kalinya saya naik bus. Saya naik Oui Bus yang tiketnya saya beli secara online. 
Berbeda dengan naik kereta, dimana peronnya udah jelas. Oui bus agak membingungkan. Katanya diluar stasiun Brussel Midi tapi setelah keliling-keliling, posisi agak jauh. Di sisi sebuah jalan dan sama sekali enggak ada tanpa penunjuk tempat bus menunggu. Hanya ada beberapa orang membawa koper yang mengantri. Setelah tanya sana-sini akhirnya saya ikutan nunggu disitu. Untung banget ada sahabat saya yang nemenin jadi enggak basi. Tempat menunggunya di pinggir jalan tanpa ada kursi khusus.  Serasa lagi nunggu bus mudik ke Jawa di pinggir  tol.  Naik bis memang lebih murah. Busnya pun nyaman seperti bis eksekutif wisata, ada wi-fi dan toilet. Mungkin bisa jadi alternatif  walau saya pribadi tetap lebih senang naik kereta api.