Sunday, July 30, 2017

Filosofi Kopi 2: Ben & Jody

-->






Selalu ada rasa waswas setiap menonton film yang diadaptasi dari buku. Pengambarannya suka berbeda dengan imajinasi yang sudah menempel saat baca buku. Makanya saya suka enggak terlalu antusias nonton film yang diadaptasi dari buku, terutama kalau bukunya saya suka banget. Filosofi Kopi termasuk antologi yang saya suka. Isinya padat dengan tema bervariasi. Ketika Filosofi Kopi dibuat saya enggak terlalu antusias. Bahkan enggak nonton. Takut kecewa. Walau adik sepupu saya bilang filmnya bagus ( dia pun sampai bela-belain nongkrong  di Kedai Filosofi Kopi setelah itu) tapi dia belum baca bukunya. Nah!  Saya akhirnya memberanikan diri  menonton Filosofi Kopi 2: Ben & Jody Kangen udah lama gak nonton   film layar lebar.

Film dibuka dengan pemandangan Indonesia yang indah dan serba hijau. VW combi kuning yang berpindah-pindah tempat menjajakan kopi yang diracik secara special oleh Ben (Chicco Jerikho) dibantu oleh tiga pegawainya. Setelah satu pengawai mengundurkan diri karena hamil dan disusul oleh dua baristanya, Ben dan Jody (Rio Dewanto) memutuskan kembali ke Jakarta dan membuka kedai Filosofi Kopi.

Bukan usaha yang mudah karena butuh modal lebih banyak dan mereka harus mulai dari nol. Untunglah datang seorang investor, Tarra (Luna Maya) yang mau menanamkan modalnya dan membeli saham Filosofi kopi sebesar 49%.  Sebagai penggemar Filosofi Kopi, Tarra ingin membangun kembali kepopuleran kedai ini. Jadilah Filosofi Kopi dibuka kembali.  Jody merekrut salah satu barista cewek bernama Brie (Nadine Alexandra) yang selalu berantem dengan Ben karena punya cara menyeduh kopi yang berbeda dengan dirinya.  Gara-gara cara meracik Brie  ini Filosofi Kopi  mendapat review yang buruk di dunia maya.

Karena dapat review yang buruk ini juga, Tarra mengusulkan mereka harus segera membuka  cabang baru di Yogyakarta. Usul ini ditolak oleh Jody yang kebagian mengurus  bisnis dan keuangan tapi Ben dan Tarra tetap pergi ke Yogyakarta. Mereka berdua mengurus persiapan pembukaan cabang di sana. Saat proses persiapan ini Ben mendapat berita kalau ayahnya meninggal.

Di sini konflik muncul. Ben yang melihat bagaimana ayahnya jatuh bangun akibat masalah perkebunan sawit di Lampung, baru sadar ternyata Tarra memiliki hubungan erat dengan perusahaan perkebunan sawit.  Ben marah besar dan dia enggak mau bertemu dengan Tarra. Bahkan mengancam akan membeli kembali semua saham yang sudah dimiliki oleh Jody dan Tarra.





Film garapan sutradara Angga Dwimas Sasongko  menyenangkan dan menghibur.  Sebagai orang yang belum pernah menonton film yang pertama, jalan ceritanya  mudah dimengerti dan masih bisa dinikmati. Karakter Ben & Jody sama dengan  karakter yang ada di buku.  Dan bagi seorang yang tidak suka kopi, proses membuat kopinya di film ini digambarkan  sangat detil membuat saya  jadi ngiler. (Cuma saat nonton, lho 😛) Walau porsi menyebutkan ‘filosofi kopi’ dalam setiap dialog terlalu banyak dan enggak terlalu perlu. Karena semua orang sudah tahu cerita ini tentang membangun sebuah  kedai kopi dengan cinta dan segala filosofi di dalamnya.

Kekuatan film ini memang ada pada chemistry antara Rio dan Chicco. Tokoh lain bisa dimainkan oleh siapa saja,  tapi cuma mereka berdua yang bisa jadi Ben dan Jody.   Ini yang membuat film ini hidup.  Walau saya pribadi enggak terlalu suka dengan karakter Ben yang begitu meletup-letup. Kan ceritanya udah lama bersahabat ya. Udah keliling bersama-sama selama dua tahun.  Masak bisa tega gitu sama sahabatnya sendiri.  Tega kenapa? Ya nonton aja ya.😃

Konfliknya lumayan menyentuh. Apalagi kalau melihat gimana Ben begitu terpukul atas kematian ayahnya. Begitu juga twist percintaan yang ada. 'Siapa jadian dengan siapanya’ bikin kecele. He he he.

 Secara setting, film ini pun enggak bombastis. Pemandangan Jakarta  sederhana tapi tetap terlihat urban. Enggak pake gambar Monas atau patung selamat datang yang diambil dari atas.  Atau kota Yogyakarta, Makasar dan Toraja, termasuk perkebunan kopinya. Memberikan nuansa Indonesia yang lain. 

Okay, mungkin saya perlu menonton Filosofi Kopi pertama. 😁😁