Thursday, October 5, 2006

the departed





























Rating:




★★
Category:Movies
Genre: Action & Adventure
cast: Leonardo Di Caprio, Matt Damon, Jack Nicholson
dir: Martin Scorsese

Ini film remake dari Infernal Affairs made in Hong Kong. One of my fav movie. Gw penasaran juga sama versi Hollywoodnya, mengingat bintang dan sutradaranya oke banget. Ternyata enggak jaminan. I don't like this movie. Terlalu banyak clue yang ditampilkan, latar belakang tokoh utamanya jadi jelas banget. sense thriller-nya jadi kurang. Too much coincident. Halah! Beda dengan Infernall Affairs yang misterius. Pertama nonton,jadi pingin nonton untuk kedua kalinya buat melihat detil dan ceritanya. Dan nonton untuk berikutnya, makin kelihatan asyiknya film itu.
Anyway, Leo dan Jack mainnya bagus dan ini film emang kelihatan garapan khas Scorsese. Penuh kekerasan dan kata-kata brutal. But tetap saja, I don't like this movie, sorry Mr. Scorsese. ^___^


Billy Costigan (Leonardo Di Caprio) dan Colin Sullivan (Matt Damon) sama-sama polisi. Bedanya, Billy yang punya latar belakang keluarga yang kacau diminta secara khusus oleh atasannya, Oliver Queenan (Martin Sheen) an Gignan (Mark Warlbergh) untuk menyamar. Enggak ada yang tahu indentitasnya selain dua atasannya ini. Sementara itu Colin adalah anak didik dan kesayangan Frank Costello (Jack Nicholson), seorang mafia Irish di wilayah Boston.

Frank adalah sasaran utama polisi dan sulit banget ditangkap. Karena itulah Billy harus menyusup jadi anak buahnya. Dengan kejagoannya Billy berhasil mendekati bahkan jadi orang kepercayaan Frank. Permainan cat and mouse pun berlangsung. Pihak kepolisian Boston mulai bisa mendekati Frank. Tapi enggak segampang itu juga, karena setiap info yang masuk selalu di-counter dengan info lain. Muncul kecurigaan kalau ada mata-mata juga di dalam kepolisian. Colin ditugaskan untuk mencari tahu siapa mata-mata dalam kepolisian itu. Dan di saat yang bersamaan, Frank mulai curiga juga kenapa dia semakin sering di kejar2 polisi. Dia yakin ada polisi di antara anak buahnya.

Tuesday, October 3, 2006

buying undies


Siapa pun pernah beli undies ato celana dalem. Actually, buying undie is quite fun. It' like you have a little secret no body know (unless u  want to show it off on purpose   and then said ooops! ha ha ha) , but you know you wearing something really good  inside.  Apalagi kalo lagi banyak model yang baru dan bagus.
But, baru sekali seumur idup gw beli undies di ITC. Suatu tempat yang enggak pernah gw bayangkan menjual berbagai jenis undies yang begitu lengkap dan beragam. Enggak kalah dengan di Sogo atau Mark & Spenser. Buat ilustrasi tulisan, hunting deh gw ke ITC Fatmawati sore-sore. Sebenarnya ini jam yang agak salah. Di saat orang mau siap-siap berbuka gw baru datang. Suasana ITC udah agak sepi. Beberapa toko mulai tutup. Kalau pun ada yang buka, penjualnya sibuk menyiapkan menu buka. Setelah berkeliling dan pake nyasar (duuuh gw tuh pasti aja nyasar kalau di ITC. Heran,deh!), ketemu sebuah toko undies yang cukup besar. Tepatnya dibelokan dan dia menjual beragam undies. Seluruh deretan penuh dengan undies, di atas langit-langit digantung kamisol, tank top plus celana bikininya, pijamas dan lingerie-lingerie lainnya. 

 
Ada dua penjaga. Satu sibuk kasak kusuk dengan kantong plastik (gw rasa dia lagi menyiapkan bukaan, deh). Satu lagi berdiri dekat rak undies. Suprise, penjualnya itu cewek muda dengan baju yang sangat tertutup rapat. Pake celana panjang item, kaos lengan panjang dan kepalanya ditutup jilbab. Dia langsung senyum begitu melihat gw mulai memilih-milih celana dalam. 

 
" Cari model apa?"
Hm... gue enggak jawab cuma senyum doang. Males kalee ngejawabnya.
" Ini banyak model dan warnanya." komentarnya dan mulai ikut milih2.
Gw akhirnya enggak tahan nanya, takut kelamaan nyari malah enggak nemu. 

 
"warnanya apa aja? Modelnya cuma mini aja ya?"

" Oooh ini warnanya cuma putih tapi di pantatnya ada tulisan lop (maksudnya love!)"
" Satu ukuran?"
"Iya."
Actually how can people buying one sized fit  all for undies? Are all people in Jakarta  have the same sized of butt?  Anyway, karena ini cuma buat foto doang. Terserah lah, yawGw pun mulai milih2 secara putihnya banyak yang tulisannya luntur gitu.
"Model mini laris lho. Banyak yang pake. Kalau saya sih enggak suka pakai yang mini. Yang biasa aja."
Gubrak!!!

Setelah itu si cewek terus di samping gw sambil menunjukan semua barang dagangannya. Ngomongnya tenang, lancar, datar dan tangannya aktif banget mencarikan berbagai jenis undies yang gw cari. Pembicaraan kita pun makin lama makin 'berani' Belum lagi backsound musik-musik nasyid yang diputer kencang-kencang dari toa membuat suasana makin bizzared.

" Kalo second skin yang warnanya biasa ada gak ?" Gw megang second skin dengan motif hijau army.
"Waah kalo yang itu semuanya modelnya bermotif. Tapi warnanya beda-beda. Ada yang hitam juga. Atasannya juga ada." Si mbak nunjukin tube top motif army warna item.
Halah!
" Yang model lain?"
" Ini mau enggak. Ngebentuk di pantat." si Mbak nunjukin celana yang di bagian belakangnya ada kayak ada dua lekukan seperti telor cepok di pasang di situ. "Nanti bisa ditambahin." (gw rasa maksud dia ditambahin sumpelan kali,ya!)
"Ini juga ada pasangannya," dia mulai nunjuki lagi tube top warna pink.
" Kalo ini motifnya apa aja," gue nunjuk g-string renda-renda.
" Itu banyak. Disebelah sana."
Si Mbak mulai ngajak gw masuk dan berdiri di deretan yang semuanya g-string. Waaah komplit, bo! Mulai dari motif macan warna ungu-hitam, garis-garis, ada yang pake tali, terus ada yang dikasih ring. (duuuh emang model gini ada yang beli ya?). Katanya ini juga banyak yang suka.
Akhirnya gue milih satu yang motifnya paling normal. Garis-garis.
" Yang ini ada enggak yang enggak pake tulisan?" gue nunjuk model boy brief. Tulisan di karetnya buset deh, aneh2 gitu.
" Enggak ada. Semua ada tulisan. Ini bagus, Mbak. Karetnya kuat."
Oke deeeh!
Setelah mengobrak-abrik akhirnya gue menyudahi belanja sore menjelang buka itu. Satu undies harganya 10 ribu. Semua pukul rata dan enggak bisa ditawar. Gw juga enggak niat nawar. Enggak tega . Undies seharga segitu apa enak dipake ya? Total belanjaan gue senilai 50 ribu. Dengan kantong plastik hitam di tangan gue keluar toko. Si mbak, gw lirik sibuk menggantungkan dan melipat semua undies yang udah gw obrak-abrik. Sayup sayup dari toa terdengar suara dari beduk magrib dan suara pengurus ITC yang bilang udah waktunya buka.
This things only happened in Jakarta!!!